BAB
I
Sikap Yesus Terhadap Itegritas Elit Politik
‘kebenaran
atau keadaan menjadi benar’(Mrk. 12:14).dalam perjanjian lama,kata integritas
adalah tom,dari kata kerja taman(bahasa
Ibrani).artinya ‘menjadi komplet’ atau ‘untuk menuntaskan’(Ams. 11:13).
Bagaimana
sikap Tuhan Yesus terhadap integritas elit politik?
Pertama,hidup berintegrasi dengan visi pengapdia kepada Allah dan
rakyat.Yesus berkata: “Kamu tidak dapat
mengapdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Mat. 6:24).dalam hal iniyesus menyikapi pentingnya orientasi hidup manusia
tidak dikuasai oleh harta duniawi (Mat. 6:21),sebab hati manusia tidak merasa
puas dengan apa yang ada padanya.
Amanah yang diberikan rakyat kepada
elit politik ialah menyejahterakan mereka.Namun para elit politik telah ‘melacurkan’
dirinya pada materi.mereka telah melanggar amanah yang diberikan rakyat.
Visi mengapdi kepada Allah
didasari pada keyakinan bahwa semua kekuasaan di dunia ini berasal dari
Allah(Rm 13).visi mengapdi kepada rakyat didasari kenyataan bahwa kedaulatan
tertinggi di tangan rakyat. Oleh karena itu,mengapdi kepada Allah dan melayani
rakyat adalah sikap mulia yang terpuji yang harus diterapkan oleh elit politik
dalam berdemokrasi.Yesus berkata: “Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah,karena merekalah yang empunyai Kerajaan
Sorga” (Mat. 5:2-3).
Kedua,hidup berintegrasi terhadap dosa dan berempati terhadap
permasalahan rakyat.Yesus berkat: “berbahagialah orang yang berdukacita,karena
mereka akan dihibur “ (Mat. 5:4). Dalam teks Yunani,istilah ‘berdukacita’ (penthountes) seharusnya di terjemahkan
‘bersedih karena dosa meraja lela di dunia’.seorang elit politik berintegrasi
terhadap dosa dan merasa ‘risih’ terrhadap korupsi,kolusi,dan nepotisme Tuhan
Yesus berkata kepada para pengikut-Nya sebagai berikut: “janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; dibumi ngengat dan karat
merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.tetapi kumpulkanlah
bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri
tidak membongkar sertmencurinya. “(Mat. 5:19-20).
Ketiga,hidup berintegrasi ditandai dengan kerendahan hati.Yesus
berkata: “berbahagialah orang yang lemah lembut,karena mereka akan memiliki
bumi” (Mat. 5:5)
Keempat, hidup berintegrasi dengan lapar dan haus untuk menegakkan
kebenaran.Yesus berkata: “berbahagialah orang yang lapar dan haus akan
kebenaran,karena mereka semua akan dipuaskan.”(Mat. 5:6).
Kelima,hidup berintegrasi bermuara dari kesucian hatinya.Yesus berkata:
“karena itu haruslah kamu sempurna,sama seperti Bapamu yang di sorgaadalah
sempurna”(Mat. 5:48).
Keenam,hidup berintegrasi adalah mendatangkan damai bagi orang lain
Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang
membawa damai,karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”(Mat. 5:9).
Ketujuh,hidup berintegrasi adalah siap karena memperjuangkan
keadilan dan kebenaran.Yesus berkata: “Bebahagialah orang yang dianiaya oleh
sebab kebenaran,karena merekalah yang empunyai kerajaan sorga”(Mat. 5:10).
BAB
II
SIKAP GEREJA TERHADAP POLITIK
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu polis (kata benda) yang berarti kota
atau suatu komunitas(Arnd Gingrich,1979:685-686).istilah lain dalam bahasa
yunani ialah politea (kata benda) yang berarti warga
Negara,Negara,kesejahtraan atau way of
life (Arnd Gingrich,1979:686).jadi,politik pada mulanya berarti suatu
masyarakat yang berdiam di suatu kota.
Secara teori,defenisi politik berkembang
sesuai persfektif.dengan demikian,dalam Negara demokrasi,politik didefinisikan
sebagai kekuasaan menduduki parlemen atau pemerintah.oleh karena itu politik
diidentik dengan kedudukan atau kekuasaan.
Politik Yesus adalah politik moral dan tidak
merebut kekuasaan atau keduduka dalam pemerintahan.Oscar Cullman membedakan
antara politea dan politeuma.politea berarti politik dalam
arti merebut kekuasaan atau kedudukan dalam pemerintahan.sedangkan politeuma adalah politik yang menekankan
tegaknya nilai-nilai kerajaan Allah di dunia.
Gereja hadir didunia untuk
menjalankan amanat Yesus menjadi garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16).Kamu adalah garam dunia”.ada tiga makna garam dalam kehidupan
sehari-hari.
Pertama garam berfungsi sebagai penyedap rasa makanan.Demikian juga
kehadiran Kristen tidak perlu ditonjolkan dalam masyarakat.Namun,perannya
secara konkret memberi damai sejahtra(shalom)
dalam masyarakat.secara politis kehadiran
Kristen dalam Negara(politik) harus dirasakan manfaatnya,agar memberi
pengaruh ‘menyedapkan’bangsa dan Negara.
Kedua garam berfungsi sebagai pengawet makanan.garam membebaskan
makanan dari zat kimiawi yang membahayakan tubuh.Fungsi pengawet secara politik
kita maknai sebagai kehadiran Kristen dalam Negara menjadi
pemersatu,pendamai,dan mencegah tindakan yang akan meruntuhkan bangsa dan
Negara.
Ketiga,garam berfungsi membunuh bakteri.Bila anda luka atau jatuh
dan berdarah dan tidak ada obat,garam dapat dipakai sebagai obat.senyawa dalam
garam berperan membunuh bakteriyang ada dalam luka.maknanya secara politik terhadap
Kristen ialah ‘mencegah’ atau ‘mematikan’ tindakan korupsi dalam semua lapisan
masyarakat.
Sedangkan peran terang dalam
konteks politik adalah trasparansi hidup(integritas)yang
‘memancarkan’keteladanan .oleh karena itu,kehadiran gereja mengembalikan dunia
ini pada tujuan semula Allah menciptakan:memuliakan Allah dalam segala tindakan
hidup kita termasuk dalam bidang politik.
Intinya gereja-gereja di
Indonesia menabukan politik,ini dipengaruhi oleh pandangan bahwa berpolitik itu
dosa atau kotor.berpolitik bagi gereja bukan berarti aktif dalam partai
politik,melainkan Gereja mentransformasi nilai-nilai keadilan,kebenaran,dan
kemajuan peradaban baru dalam masyarakat (bnd. Mat. 5:13-16).pemerintah adalah
hamba Allah untuk menyejahterakan rakyat(Rm.13).keduanya adalah hamba
Allah,tetapi dengan tugas yang berbeda.politik Yesus adalah politik
memperjuangkan nilai-nilai keadilan.Dengan demikian,berpolitik adalh panggilan
dan amanah Allah.
BAB
III
SIKAP YESUS TERHADAP NEGARA
(POLITIK)
Orientasi partai politik adalah
merebut kekuasaan atau menempatkan orang dalam pemerintah untuk mengatur
masyarakat atau Negara (polis).sedangkan
orientasi Yesus adalah politeuma yang
focus pada kekuasaan secara rohani,dimana Allah memerintah umat-Nya.Yesus tidak
mendirikan partai politik.oleh karena itu,Dia tidak berambisi merebut kekuasaan
di dunia.Namun,Yesus memahami bahwa Dia sering dijebak oleh orang Farisi,dengan
maksud mempersalahkan-Nya secara hokum.Oleh karena itu Yesus pun ‘berpolitik
etik’ untuk menegakkan keadilan kebenaran,dan kesejahtraan.
Munculnya ide partai politik
dilatarbelakangi oleh keinginan mengembalikan kedaulatan kepada rakyat.hal ini
sebagai penggantia kekuasaan Allah yang di representasikan oleh seorang raja.oleh karena itu yang
berdaulat dalam hidup manusia dan pemerintahan adalah Allah,partai politik
diperlukan suatu Negara.
Pemaknaan Injil secara baru dalam konteks politik adalah
pemaknaan nilai-nilai Kerajaan Allah yang dapat mendatangkan kesejahtraan bagi
semua rakyat.kesejahtraan atau keselamatan.yang dating dari Allah bukan hanya
untuk orang percaya saja,tetapijuga untuk mereka yang tidak percaya pada-Nya.
Pandangan Cullman (1963)
berparalel dengan pandangan Jhon H. Yoder (1972) dengan berbagai
penajaman.Menurut Yoder (1972) Yesus adalh tokoh yang radikal menentang
‘kekuasaan’ dan ‘struktur’ dengan cara yang halus.Yesus tidak mau terjebak
desakan para murid ketika Dia masuk Yerusalem dengan dielu-elukan banyak orang
“Hosanna,bagi anak Daud,diberkatilah Dia
yang datang dalam nama Tuhan,hosanna ditempat yang maha tinggi!” (Mat.
21:1-9; Luk. 19:28-38; Yoh. 12:12-15).
Konsep Negara (politik) pada
abad 16 ditandai sebagai zaman pencerahan karena adanya gugatan rakyat terhadap
penyimpangan moral yang dilakukan para keluarga raja dan bangsawan.
Ketidakjelasan Yesus dalam
berpolitik bukan berarti ‘melarang’ orang Kristen untuk berpolitik.Justru Yesus
tidak mengajar secara detil dalam Perjanjian Baru,maka kita harus mencarinya
sendiri untuk menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah.Allah berdaulat atas
jalannya sejarah manusia dalam semua pemerintahan di dunia.ini merupakan tesis
yang diyakini kebanyakan orang Kristen bardasarkan Roma 13.tesis yang kedua
ialah kita perlu krisis terhadap pemerintahan karena tidak semua pemerintah di
dunia ini taat pada Allah.perpaduan antara dua tesis tersebut akan membawa kita
pada sintesis: “Allah berdaulat atas
jalannya pemerintahan di dunia,untuk itu orang Kristen perlu bekerja keras
dalam berpolitik dalam rangka mewujudkan Negara yang adil dan makmur bagi
seluruh masyarakat Indonesia”.
BAB
IV
SIKAP YESUS TERHADAP KEKUASAAN
Kekuasaan secara politik
berhubungan dengan elit politik yang sedang memerintah karena perilakunya
menjadi panutan bagi masyarakat (teori
voluntaris dan hermeneutik).kekuasaan
secara politik terpisah dari hierarki Gereja,tetapi dalam praktiknya,Negara
sering mencampurinya urusan Internal Gereja.Berpolitik adalah pangilan mulia
untuk mewujudkan kesejahtraan rakya.Oleh karena itu,politisi Kristen seharusnya
tidak berorientasi mencari kekuasaan (kedudukan di parlemen dan
pemerintahan),sebab Allah akan memberikan kekuasaan (eksousia) yang melebihi kuasa dari dunia.
Yesus tidak apatis dengan
kekuasaan (kemampuan) atau pemerintahan di dunia ini.pemerintahan Allah adalah
pemerintahan yang rohani dan hanya layak bagi mereka yang hidup rohani.
Menurut Yesus,kuasa (eksousia) tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu.Karena kuasa Allah bukan berasal dari manusia,tidak ada hak bagi manusia
untuk “mengklaim memilikinya”.kuasa yang diberikan Yesus kepada para murid
bukan hanya untuk menjadikan diri mereka berkemampuan memerintah orang
lain.kuasa Allah itu dinamis dan akan mendorong mereka untuk bersaksi pada
dunia ini.
Tujuan orang Kristen terlibat
aktif dalm parlemen dan pemerintahan ialah mewujudkan kebijakan yang pro orang
miskin,meningkatkan kualitas pendidikan bagi kaum miskin, terciptanya peluang
kerja bagi masyarakat,dan terwujudnya kecukupan kebutuhan sandang,pangan,papan
bagi masyarakat.
Dalam konteks sikap Yesus
terhadap kekuasaan (eksouia),itu
berarti Yesus menekankan pentingnya kuasa itu amanah..Artinya orang yang
mendapatkan kuasa Ilahi itu mengemban tugas untuk mendatangkan sejahtra bagi
masyarakat (sesama).Yesus membedakan antara eksouia
dan dunamin yaitu: (1) eksouia dari Allah dan (2) dunamin kepercayaan masyarakat.karena
kehadiran orang Kristen di Indonesia tidak bias dipisahkan dari masyarakat
(komunitas),kehadirannya mengemban amanah Allah.
Menjadi politis (Kristen) atau
pejabat public adalah panggilan mulia dan bukan mencari harta.apabila orang
Kristen menjadikan dua mandat ini sebagai panggilan Ilahi,artinya bukan untuk
mencari kekuasaan dan uang,dia telah menjalankan dan menafsirkan amanah Yesus
dengan tepat.
Bab selanjutnya
ReplyDelete