PENDAHULUAN
Pendidikan
Agama Kristen ( PAK ) yang pada hakekatnya secara sadar yang dilakukan dengan
penuh terencana dan kontinu dalam rangka mengambangkan kemampuan para siswa,
agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Allah
dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, baik terhadap
sesama dan lingkungan hidupnya.
Dengan
demikian maka haruslah ada strategi yang dipakai dalam pembelajaran, khusunya
bagi orang-orang yang terlibat dalam proses pembelajaran agama Kristen dan juga
memiliki keterampilan untuk mewujudkan tanda-tanda kerajaan Allah dalam
kehidupan pribadi maupun sebagian dari komunitas.
Pada
dasarnya pendidikan agama Kristen di sekolah formal bukanlah pekabaran injil
semata-mata tetapi pendekatan agama Kristen di sekolah disajikan dalam sub
aspek Allah Tri Tunggal (Allah Bapa, Putra dan Roh ) serta karya-Nya yang ada
dalam nilai-nilai Kristiani. Secara Khalistik pengembangan kompetensi PAK pada
pendidikan dasar dan menengah mengacu pada dokma Allah Tri Tunggal dan
karya-Nya harus Nampak dalam nilai-nilai Kristiani yang dapat dilihat dalam
kehidupan keseharian siswa. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka rumusan
kompetensi dalam pendidikan agama Kristen di sekolah dibatasi hanya pada aspek
yang secara substansial maupun mendorong terjadinya transpormasi nillai-nilai
kristiani dalam kehidupan siswa.
STRATEGI
PEMBELAJARAN DAN KURIKULUM PAK
Ada 5 strategi pembelajaran dalam
kurikulum PAK, antara lain :
1.
Hakekat dan kemampuan pembelajaran
2.
Beberapa pendekatan pembelajaran
3.
Pola pembelajaran PAK
4.
Dasar-dasar pembelajaran PAK
5.
Strategi pembelajaran PAK
Berikut ini akan diuraikan tentang
strategi pembelajaran dan kurikulum PAK.
1. Hakekat
dan kemampuan pembelajaran
Hakekat
pembelajaran adalah suatu system belajar yang terencana dan sistimatis dengan
maksud agar proses belajar seseorang atau sekelompok orang dapat berlangsung,
sehingga terjadi perubahan yakni meningkatnya kompetensi belajar tersebut.
Untuk itu, maka seorang guru yang merupakan ujung tombak dalam pembelajaran
sudah seharusnya menciptakan system lingkungan atau kondisi yang kondusif agar
kegiatan belajar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien ( Sunaryo
dalam Hutabarat 2006 : 27). Hal ini sejalan dengan pendapat dari Ratumanan (
2002 : 33) bahwa lingkungan fisik maupun social turut berpengaruh terhadap
seseorang dalam proses belajar.
Dalam buku Model
Pembelajaran terbitan Depdiknas 2004 (Hutabarat 2006 : 27 ), belajar adalah
sebuah proses perubahan tingkah laku
seseorang atau subjek belajar. Pendapat yang sama disampaikan oleh Ratumanan (
2002 : 1) bahwa belajar dapat memberi perubahan tingkah laku seseorang yang
terjadi akibat hasil latihan atau pengalaman. Sehingga dapat dijellaskan bahwa
belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku melalui serangkaian
aktifitas, misalnya membaca, mendengar, mengamati, meniru dan belajar itu akan
lebih efektif dengan melakukan atau praktek ( Sardiman dalam Hutabarat 2006 :
28).
Atas dasar
penegasan itu maka seseorang dikatakan belajar, apabila menunjukan tingkah laku yang berbeda dari
sebelumnya. Misalnya seseorang yang telah belajar dapat membuktikan pengetahuan
tentang fakta-fakta baru atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak
dapat dilakukkan. Perubahan tingkah laku itu tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga mencakup kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri, dan
kemampuan-kemampuan lainnya. Menurut Bloom dalam Hutabarat (2006 : 28 ),
mengelompokan kegiatan belajar kedalam 3 ranah yakni kognitiif, afektif dan
psikomotorik. Terkait dengan itu maka tujuan belajar bagi subjek belajar adalah
untuk :
-
Mendapatkan dan meningkatkan
pemahamannya tentang pengetahuan
-
Menanamkan konsep dan peningkatan
ketrampilan serta
-
Membentuk sikap.
UNESCO
menegaskan bahwa ada 4 pilar dalam belajar, yang telah di sampaikan pulah oleh
Suhaenah Suparno, dalam Hutabarat (2006 : 28) yakni learning to know, learnig
to do, learning to live together dan learning to be.
Artinya
bahwa perlu adanya proses belajar mangajar atau pembelajaran, Karen mengajar di
dalam hal ini tidak sekedar hanya menyampaikan
pelajaran bagi siswa, tetapi suatu proses pengorganisasian atau menciptakan
kondisi yang kondusif agar kegiatan belajar dari subyek belajar lebih efektif.
Kondisi di ciptakan sedemikian rupa sehingga dapat membantu perkembangan obyek
secara optimal, baik jasmani maupun rohani baik fisik maupun mental yang lebih di kenal dengan proses
pembelajaran.
Pembelajaran
adalah sebuah sistem karena itu di dalam pembelajaran terdapat beberapa
komponen yang saling terkait untuk mencapai hasil belajar yakni tercapainya
kompetensi bagi siswa.
2.
Pendekatan
pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat
digunakan untuk menetapkan strategi dan langkah-langkah pembelajaran demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Setiap pendekatan yang diterapkan akan
melibatkan kemampuan subjek pelajar / siswa dan guru, dengan kadarnya masing-masing. Terkait dengan hal
tersebut, maka ada beberapa jenis pembelajaran menurut Anderson dalam Hutabarat
(2006 : 31) yakni teacher centered (
berpusat pada guru ) dan student centered
(berpusat pada siswa).
Pendekatan Ekspositiry adalah suatu
model pembelajaran yang menekankan pada aktifitas guru dan subjek belajar
bersifat pasif dan hanya menerima saja dari guru. Pendekatan ini umumnya
didominasi dengan metode ceramah, sedangkan pendekatan inkuiri merupakan metode
pembelajaran yang lebih menekankan pada aktifitas subjek belajar sementara guru
lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan pengelolah yang memberi pengantar
dengan peragaan secara singkat dan selanjutnya subjek belajar secara aktif
mencari dan menemukan sendiri apay yang sedang dipelajari (student oriented). Kedua pendekatan tersebut baik ekspository
maupun inkuiri sama-sama mengandung keterlibatan subjek belajar hanya kadarnya
yang berbeda seperti pendekatan ekspository keterlibatan siswa sangat rendah
sedangkan pendekatan inkuiri aktifitas subjek belajar sangat tinggi artinya
subjek belajar akan selalu menjadi titik perhatian dan focus dalam kegiatan
pembelajaran dan sudah tentunya dalam menentukan pendekatan ini perlu
disesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan perkembangnan jaman.
3.
Pola
pembelajaran PAK
Pola pembelajaran PAK SD, SMP dan
SMA adalah contoh-contoh model yang dapat dipakai oleh guru agama Kristen di
sekolah namun perlu diingat bahwa pendidikan di sekolah merupakan kesatuan yang
utuh dengan pendidikan yang diterima oleh keluarga dirumah, gereja atau
masyarakat. Pola pembelajaran nilai-nilai yang cocok adalah pembelajaran aktif
yang mengacu pada strategi pembelajaran yang berfokus pada siswa (life center)
sehingga seluruh pembelajaran berpusat pada siswa artinya bahwa perkembangan,
keberadaan, pergumulan,, kebutuhan, kondisi kongkrit siswa yang sering kali
berfariasi haruslah menjadi pertimbangan utama guru dalam merancang
pembelajaran sehingga PAK benar-benar menyentuh eksistensi siswa dan siswa
mengalami perubahan baik pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai-nilai dalam
dirinya sesuai dengan nilai-nilai luhur yang diwujudkan dalam diri Yesus
Kristus Tuhan yang mendasari pembelajaran PAK.
Dalam modul strategi pembelajaran
PAK, pola pembelajaran aktif merupakan keterkaitan dari komponen-komponen seperti pengalaman,
komunikasi, interaksi dan refleksi.
Sehingga langkah-langkah secara bertahap dalam pembelajaran aktif yang dipilih
tentunya mengacu pada keempat komponen tersebut.
Idelanya PAK yang sarat dengan
nilai-nilai kristiani ini dilaksanakan secara berkesinambungan, tahap demi
tahap, mulai dari TK, SD, SMP dan SMA baik di sekolah, gereja, Keluarga maupun
di masyarakat. Bentuk atau system pendidikan adalah terbuka (open ended system ) artinya PAK tidak
selesai hanya di sekolah tetapi merupakan pembelajarn yang utuh dan
berkesinambungan dengan gereja, keluarga, mulai dari kandungan sampai liang
lahat. Proses pembelajaran PAK tidak hanya berhenti di skolah saja tetapi
belajar terus menerus disepanjang kehidupan manusia. Itu berarti nilai-nilai
agama itu dipelajari kapan saja, dimana saja, sepanjang waktu siswa belajar
tentang Allah dan karyanya secara nyata dalam kehidupannya.
4.
Dasar-dasar
pembelajaran pendidikan agama Kristen
Beberapa kutipan ayat alkitab
dibawah ini menolong guru untuk memahami intinya pembelajaran PAK adalah :
·
Ulangan, 6 : 4 – 9 ( haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak mu)
·
Efesus 6 : 4 (didiklah mereka dalam
ajaran dan nasehat Tuhan)
·
Amsal 22 : 6 ( didklah orang muda
menurut jalan yang patut baginya maka pada masa tuanyapun ia tidak akan
menyimpang daripada jalan itu )
·
2 Timotius 3 : 16 ( segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan untuk
memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran)
Implikasinya
·
Imperative mendidik / membesarkan (
bandingkan Amsal 13 : 13)
·
Mendasarkan pengajaran/asuhan pada kitab
suci
·
Pendidikan Kristiani bersifat terus
menerus (life long education)
·
Pendidik : orang tua, guru, fungsionaris
pendidikan
·
Pendekatan multi metode
·
Isi nesehat atau ajaran Tuhan
(bandingkan Amsal 2 : 6 ; 3 : 13 – 15)
5.
Strategi
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
Strategi pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen adalah pola strategi yang berisi langkah-langkah prosedur dalam
merancang program pembelajaran Pendidikan Agama Kristen sesuai tuntutan
kurikulum untuk memperoleh hasil belajar siswa. Dengan demikian sebelum
merancang strategi pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan keberadaan siswa yang
beranekaragam latar belakang kehidupannya. Siswa beraneka ragam dalam hal perkembangan fisik, psikis, moral, kognitif
dan kepribadiannya. Pertimbangan tersebut berdasarkan tujuan yang sama bagi
semua siswa yaitu agar mereka mengalami pertumbuhan pengetahuan, siikap
keterampilan, mental rohani dan mmoralitas.
Dalam kurikulum 2004, tujuan ini
disebut kompetensi yang didasari oleh nilai-nilai kristiani melalui Pendidikan
agama Kristen di sekolah. Perlu juga diipahami bahwa pendidikan agam Kristen
adalah mata pelajaran yang bermuatan ranah afektif dan psikomotorik lebih besar
daripada kognitif sehingga melalui pembelajaran pendidikan agama Kristen
diharapkan siswa mengalami perjumpaan dengan Allah di dalam Tuhan Yesus, sang
sumber nilai-nilai yang membawa perubahan pada diri siswa khususnya
perkembangan iman serta mental moralnya disamping perkembangan pengetahuan dan
psikomotoriknya.
Keutuhan perkembangan ranah
afektif, kognitif dan psikomotorik yang didasarkan pada nilai-nilai kritiani
menjadi hal yang sentral dalam kurikulum Pendidikan Agama Kristen. Keutuhan
dari ketiga unsure pelaksana pendidikan yakni keluarga, gereja/ masyarakat dan
sekolah juga menjadi pemikiran strategis yang dikoordinir dalam kurikulum
Pendidikan Agama Krisen tahun 2004 dilakukan tiga pendekatan masing-masing :
1.
Pendekatan dialogis atau partisipatif
Bahwa
pendekatan dalam kurikulum Pendidikan agama Kristen yang berbasis kompetensi
adalah pendekatan dialogis pertisipatif dalam belajar aktif dengan focus pada
kehidupan siswa (Life center ) artinya sebagaimana kurikulum dirancang dengan
pendekatan tersebut maka strategi pembelajaran pendidikan agama Kristen pun
mengacu pada kurikulum. Seupaya pembentukan iman, mental moral, pengetahuan
yang didasarkan pada nilai-nilai kristiani siswa menjadi tujuan pembelajaran
pendidikan agama Kristen.
Pendidikan
Agama Kristen adalah salah satu dari sejumlakh mata pelajaran yang bertujuan
mengimbangkan kepribadian siswa sehingga menunjang mata pelajaraa lainnya
karena pendidikan agama Kristen di sekolah merupakan bagian yang utuh dari
pendidikan di gereja, keluarga dan masyarakat sehingga melalui belajar aktif
siswa dapat mengimplementasikan pengetahuan imannya dalam sikap, tindakan
konkrit yang merupakan kesaksian imannya ditengah-tengah dunia dan kemuliaan
bagi Tuhan.
2.
Strategi penyusunan program pembelajaran
PAK
Dalam
menyususn program pelajaran/disain pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dengan
pendekatan dialogis partisipatifyang berfokus pada kehidupan siswa dalam
belajar aktif maka guru Pendidikan Agama Kristen perlu berkoordinasi dengan
wali kelas, wakil Kepala sekolah bidang kurikulum untuk melakukan
langkah-langkah persiapan sebagai beriku :
Ø Program
pembelajar disusun bersama guru-guru agama Kristen di wilayahnya atau dalam
kelompok MGMP atau musyawarah guru mata pelajaran agama Kristen atau kelompok
PERGAKRI (persekutuan guru agama kristen) untuk mengimplementasikan kompetensi
dan materi pokok dalam kurikulum sesuai kebutuhan siswa disekolanya atau
dilingkungannya atau di daerahnya
Ø Metode
yang dipilih dapat disepakati agar masing-masing guru memilih sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai dengan mempertimbangkan situasi kondisi sekolah dan siswanya demmikian
pula efalusainya.
Ø Pembelajaran
dirancang agar terjadi komuniakasi refleksi, shering pengalaman iman antara
siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan juga siswa dengan lingkungan.
Ø PAK
dapat mencapai sasarannya jika terjalin komunikasi dari pelaku-pelaku PAK
dengan, keluarga, sekolah, gereja sehingga saling melangkapi sesuai dengan
fungsinya.
3.
Penyajian program pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen
Pada
pembelajaran pendidikan agama Kristen dengan pendekatan dialogis partisipatoris
yang berpusat pada kehidupan siswa (life
center) proses pelaksanaannya dilakukan melalui tiga paket kegiatan yaitu :
a. Kegiatan
belajar mengajar dikelas
b. Kegiatan
belajar mandiri siswa
c. Kegiatan
keagamaan di rumah/keluarga.
a. Kegiatan
belajar mengajar di kelas
Strategi kegiatan belajar mengajar
dikelas dilakukan oleh guru agam Kristen ditempuh dengan cara menjabarkan
kompetensi melalui langkah-langkah pembelajaran aktif dengan mendasarinya pada
kesaksian alkitab. Lanngkah-langkkahnya sebagai berikut :
·
Pembukaan pembelajaran dengan doa,
nyanyian dan pembacaan alkitab (10 – 20 Menit)
·
Pembahasan materi pokok sesuai dengan
modul bingkai materi pendidikan agama Kristen untuk SD, SMP dan SMA (30 – 40
Menit)
·
Srategi pembelajaran ini dilaksanakan
secara luwes dan tidak mengikat, tergantung pada kompetensi, materi pokok,
suasana siswa, perkembangan lingkungan di kelas.
b. Kegiatan
mandiri siswa
Kegiatan mandiri adalah tugas
kegiatan pengalaman dan pengalaman keagamaan yang diberi oleh guru PAK kepada
setiap siswa pada setiap pembelajaran satu semester. Program kegiatan keagamaan di sekolah yang
harus dilakukan oleh setiap siswa meliputi :
-
Penguasaan tata cara beribadah / liturgy
-
Penguasaan tata cara penelaah alkitab
-
Ibadah pada hari minggu dan hari raya
gerejawai
-
Bedah buku Kristen
-
Studi intensif tentang agama Kristen
-
Program aksi pelayanan bersama
-
Kunjungan antar gereja
-
Kegiatan lain yang disesuaikan dengan
kondisi sekolah seperti aksi social antar agama
c. Kegiatan
Keagamaan di rumah / keluarga
Program kegiatan keagamaan dirumah
sebenarnya merupakan hakk asasi yang dimiliki oleh keluarga namun agar terjadi
pembelajaran PAK yang berkesinambungan maka guru juga perlu mengusulkan
beberapa kegiatan yang sebaiknya diadakan oleh keluarga sehingga dapat
mendukung kegiatan keagamaan di sekolah
seperti
-
ibadah bersama dalam keluarga,
-
penelaah alkitab bersama dalam keluarga
-
menjalin persaudaraan dalam kasih
kristus
-
menggali kegiatan keagamaan lain melalui
media masa dan mendiskusikannya dalam keluarga
-
melakukan pelayanan bersama oleh
keluarga pada gereja yang lain
d. kegiatan
di gereja
keaktifan siswa di dalam kegiatan
gerejawi merupakan factor penting yang mendukung program keagamaan siswa
seperti yang telah dilakukan oleh sekolah antara lain:
-
mengikuti ibadah bersama
-
mengikuti program gereja
-
reatreat
-
kemah kerja
e. kegiatan
di masyarakat
Kegiatan social siswa di masyarakat
merupakan kegiatan implementasi siswa atas pembelajaran PAK yang diterimanya
dari keluarga, gereja dan sekolah. Masyarakat adalah tempat siswa mempraktekan
iman dan ilmunya sehingga siswa menjadi garam dan terang Kristus bagi dunia
sekitarnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
bahasan yang telah duiraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran dan kurikulum Pendidikan agama Kristen adalah salah satu dari
sejumlah mata pelajaran yang bertujuan untuk mengambangkan kepribadian siswa
sehingga menunjang mata pelajaran lainnya karena pendidikan agama Kristen di
sekolah merupakan bagian yang utuh dari pendidikan di gereja, keluarga,
masyarakat sehingga melalui belajar aktif siswa dapat mengimplementasikan
pengetahuan imannya dalam sikap, tindakan konkrit yang merupakan kesaksian
imannya di tengah-tengah dunia demi hormat dan kemuliaan nama Tuhan.
Daftar
Pustaka
Hutabarat
O. R. 2006. Model-model Pembelajaran
Aktif Pendidikan Agama Kristen SD, SMP, SMA berbasis Kompetensi. Bina media
informasi
Ratumanan T. G,
2002. Belajar dan pembelajaran. Surabaya; Unessa University PRESS
No comments:
Post a Comment